Kamis, 08 Mei 2008

Dunia Berhenti Menangis

Saya menulis bagian ini di thailand, land of idolatry, saat acara makan siang di sebuah konferensi kepemimpinan.
Seminggu ini, saya menuju suatu paradigma berpikir yang baru. Bill Lawrence dipakai Tuhan secara luar biasa mengubah kedegilan hati dari seorang taor. Tentang kepemimpinan, semua menjadi sesuatu yang berbeda, sangat berbeda. Padahal, siapa yang tidak tahu kepemimpinan hamba? Bahkan taor yang ini, telah menulis, meneriakkan dan mengajar banyak orang tentang topik 'hamba'. Sampai tahu bahasa Yunaninya pula, dan dengan semua itu, banyak yang mengambil keputusan baru, entah semangat baru atau arah baru.
Tapi apa yang saya pelajari? Tak banyak yang dapat saya tuliskan di sini, konfrensi masih berlangsung, lagipula makanan yang enak di sana belum saya sentuh (ehm, laper). Saya benar-benar berjanji pada diri sendiri untuk menuliskan sesuatu tentang apa yang saya dapatkan, segera setelah saya sampai di Bandung. Untuk sekarang, saya hanya ingin bisa bernapas saja dulu, terlalu penuh di dada, sesak, jadi harus dikeluarkan sedikit.
Saya belajar tentang Salib, sekali lagi, saya merasa sudah pernah belajar, sudah mengerti, tetapi ternyata tidak. Seperti Simon Petrus yang sangat berkomitmen pada Yesus, saya menemukan bahwa saya tidak cukup memahami untuk apa saya dipanggil Tuhan. Senantiasa merasa bahwa Tuhan senang akan keberhasilan pelayanan saya, penyembahan saya (yang diartikan secara sempit menjadi sebatas 1-3 nyanyian melankolik di kebaktian), dan banyak oang yang saya bawa pada Kristus. Doa-doa dan tangisan saya untuk (wow keren sekali) jiwa-jiwa, seringkali menjadi bagian yang selalu berulang saya lakukan jika mengingat peristiwa salib. Mulia sekali, saya mengingat orang lain, jiwa, pelayanan. Lalu datanglah air mata luarbiasa itu, indah, begitu indah, menangis buat orang lain. Merasa bahwa tujuan terbesar kita adalah 'menyelamatkan jiwa orang lain'. Lalu bagaimana dengan 'sang penyelamat kecil itu?' Tenggelam, merasa begitu berjasa, lupa belajar, dan hatinya diubahkan oleh keberhasilan-keberhasilannya. di sini, di tempat ini, banyak pemimpin dari berbagai belahan dunia, pemimpin yang mencapai posisi dan sukses, dengan mengerjakan pekerjaan yang katanya 'pekerjaan Allah'. Akan kemana mereka, dengan seluruh keberhasilan dan kebanggaan itu? Dimana salib mereka?

Saya tidak punya waktu lagi, teman disamping kiri saya sangat mengganggu, dan saya harus tutup dengan kalimat yang saya kutip dari pernyataan Bill Lawrence:

"Pelayanan utama kita adalah Mati, sama seperti Kristus telah mati, dan kemudian lewat kuasa salib dan kebangkitan Kristus:

"U must do, what you cannot do, with what you do not have, for the rest of your live!"

Dan janji Yesus:
"I will do, what I can do, with what I do have -through you- for the rest of your live, to be my Glory!"

Tidak ada komentar: