Selasa, 04 Maret 2008

KESEMPATAN BAGI GENERASI MUDA

Mempersiapkan Pemimpin-Pemimpin Muda di Tengah Krisis

Menarik melihat diri sendiri. Ada kalanya merasa besar, kecil, benar, salah, berarti atau tak bermakna. Tak ada pola, tak ada batasan. semua yang saya ketahui tentang diri senantiasa bergantung pada kearah mana kita memandang hari ini, saat ini. Saya bisa melihat ada sosok bernama Taor yang berperan menjadi raksasa menakutkan bagi dirinya sendiri, yang mimpi-mimpinya terlalu besar, jauh lebih besar dari porsi tubuhnya yang subur, dan dengan sejumput potensi, terlalu minim untuk sekedar mencapai kaki gunung, apalagi sampai memeluk gunung Krakatau.

Saya bermimpi mengubah dunia, walaupun mengubah diri sendiri saja susahnya bukan kepalang, bermimpi menjadi agen perubahan, berteriak-teriak tentang krisis kepemimpinan, tentang etika dan moral yang sudah menjadi semu, tentang menjangkau generasi Y, membantu membentuk pemimpin baru. Mengernyitkan dahi melihat dan mendengar elit sibuk bertengkar tentang bagaimana memenangkan kursi kepala daerah atau negara, katanya demi perubahan yang lebih baik bagi rakyat. dana miliaran rupiah yang dihabiskan untuk kampanye, bukannya lebih baik dialokasikan untuk membina dan menumbuhkembangkan karakter Mesias ditengah-tengah generasi muda kita? Entah mengapa saya sudah skeptis terhadap bagaimana mengubah pola pikir dan filsafat hidup generasi tua. Ya sudahlah, karakter itu sudah berurat berakar, sudah mendarah mendaging, mengikat seluruh sendi-sendi kehidupan, kalau akar permasalahannya harus dicabut, itu sama saja dengan berpikir untuk melenyapkan satu generasi demi sebuah perubahan. Mungkin sama seperti kebebalan generasi tua bani Israel pada waktu mereka keluar dari Mesir. Memang Allah bukannya putus asa tidak sanggup lagi mengubah para tua-tua yang berusia 40 tahun keatas itu, tetapi Allah memilih jalan membawa bangsa besar itu mengembara di gurun selama 40 tahun, sebelum tiba di Palestina dan memberikan tanah yang penuh susu dan madu itu bagi mereka. Allah memilih menunggu 40 tahun, waktu yang cukup sehingga seluruh generasi tua pembangkang dan bermental rusak itu bertemu ajalnya dipandang gurun. Palestina dipercayakan bagi generasi muda, generasi baru, yang dipersiapkan dengan baik di padang gurun, dengan segudang permasalahan, menjadi lebih kuat, lebih tanggap, lebih dewasa dan lebih siap menerima tanggung jawab sebagai pengelola tanah 'surga' pemberian Allah itu. Generasi ini dipersiapkan ketika para tua-tua, penolak-penolak Allah, masih memimpin, memerintah, memuaskan ego dan kebuasan mereka. Mereka tahu, Allah telah menolak mereka, silahkan berbuat sesukanya di padang gurun, yang penuh dengan badai pasir, dan 40 tahun kedepan, satu-persatu jasad mereka akan terserak di gurun luas itu, dan menjadi monumen bagi sejarah dunia, bahwa Allah pernah memunahkan satu generasi yang bebal, untuk memberi kesempatan bagi generasi baru belajar dari kesalahan, dan mengambil alih tanggung jawab memimpin bangsa baru di tanah yang baru, dengan harapan baru.

Akan ada keberatan-keberatan dari sebagian generasi tua jika sejarah benar-benar terulang. Benar, tidak semua generasi tua bertanggung jawab pada keadaan ini. Masih ada 'Kaleb' dan 'Joshua' yang tidak hanya diijinkan masuk ke tanah perjanjian, tetapi diberi pula kepercayaan untuk menjadi panitia pengarah, pembimbing, dan pemimpin para generasi baru itu. Orang-orang benar, yang tidak memiliki karakter generasinya, orang-orang yang masih melihat Allah dan mau mendengar Kewibawaan kuasanya. Mungkin saja bangsa ini masih memiliki kelompok Kaleb dan Joshua, yang kepadanya Allah menaruh beban untuk suatu masa depan yang lebih baik, memimpin bangsanya kepada Allah. Bangsa kita, Geraja kita, dan komunitas kita tentu masih membutuhkan pemimpin tua yang bijak, pemimpin yang melihat bahwa tanggung jawab kepemimpinan adalah beban yang diterima dari Allah, dan memiliki nilai kekal, artinya, sampai kekekalan nanti, Allah akan 'mempertanyakan' menuntut tanggung gugat. Tapi saya rasa, tak perlu iklan di seluruh media massa :'Dicari, Joshua dan Kaleb jaman ini!'

Tiap-tiap pemimpin harusnya mengerti benar apa ujian kepemimpinan. Bila lulus, tanggung jawab yang lebih besar menanti.

Kembali kepada persiapan generasi muda, bagian ini tidak akan pernah menjadi hal yang menarik bagi pemimpin-pemimpin tua. Mempersiapkan para pemuda sama saja dengan mengakui bahwa mereka telah gagal. Sama saja dengan menyerah kalah kepada para oposan. Sebagian dari mereka hanya berpikir tentang saya, saya, dan saya. Tidak pernah sadar akan kapasitas dirinya, tidak pernah mengerti bahwa demi masa depan yang lebih baik harus ada regenerasi. Sedangkan sudah nyata-nyata salah saja, masih mati-matian mempertahankan kekuasaan. Padahal seharusnya tidak begitu, mempersiapkan suksesor jangan dipandang sebagai iklan kegagalan diri, namun justru suatu teriakan pengakuan, bahwa sebaik apapun kita menjalankan tanggung jawab saat ini, tetap saja, kita harus selesai, harus ada yang melanjutkan, harus ada yang merasakan bahwa kebijakan-kebijakan kita salah atau benar. Harus ada yang lebih cerdas, lebih baik, lebih kuat dan lebih siap dibanding kita..

Hah, mimpi-mimpi ini tampaknya harus dimulai seorang diri. bukan mengklaim bahwa hanya saya yang berpikir seperti itu. Bukan! Karena bagaimanapun tidak mungkin mewujudkan mimpi-mimpi seorang diri. Tidak mungkin pemimpin lahir dari prakarsa pribadi. Dengan keyakinan bahwa masih ada orang-orang yang berpikir sama, bermimpi sama, berjuang bersama, maka saya tetap bekerja, disini, sendiri, kecil dan besar, untuk suatu tujuan, mempersiapkan pemimpin-pemimpin muda, menjangkau generasi muda. Saya tahu, saya tidak sendiri!!

Berpikir dan kemudian mencurahkan ide ini disini, membuat saya membuang jauh-jauh ketakutan terhadap mimpi sendiri. Allah membentuk pemimpin-pemimpin baru dari generasi baru di padang gurun, 40 tahun. Allah yang sama akan membantu kita, 'Agents of Change' mempersiapkan generasi pemikir, pendobrak, pembaharu, dan pelaku-pelaku yang setia, yang memiliki karakter-karakter Mesias di dalam dirinya. Butuh 40 tahun? Mungkin, tapi mengapa tidak?

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Bang Taor, banyak2 tulis blog yang begini ya. Aku akan menjadi pembaca setianya. Tulis saran juga ya buat kami2 ini. Thanx. CLU