Kamis, 08 April 2010

Penghargaan Presiden Kepada Dua Putera-Puteri Terbaik Bangsa



Dicaci maki di Pansus Century, foto nya di sobek-sobek di setiap demo, dan di usulkan untuk turun dari jabatannya; Namun kemarin diangkat setinggi-tingginya oleh Presiden sebagai Pahlawan.

Luar biasa SBY, kesetiakawanan nya sungguh mengagumkan kepada dua 'anak buah' nya itu. Mengakui dan menegaskan dukungan penuh bagi dua pejabat negara yang sedang menjadi daftar teratas untuk dilengserkan oleh beberapa partai politik, bagi saya adalah keberanian.

Saya memang bingung dengan masalah century ini, mendengar SBY, Mulyani, dan Boediono menjelaskan kebijakan mereka, bagi ku sah-sah aja. Walaupun penjelasan pak Gie, beberapa ekonom dan politikus memperjelas bagi saya bahwa ada yang salah (dalam prosesnya). Tapi tetap saja, dalam tataran kebijakan, saya setuju bahwa situasi krisis membuat semua hal tidak bisa dipikir secara lengkap dan sempurna. Setidaknya, dua hal yang saya pegang:
1. Indonesia lepas dari krisis
2. Aliran dana ke Demokrat tidak terbukti.

Bagi saya, sejak awal absurd melihat PKS yang sok jumawa sebagai partai penting di awal Pilpres kemarin. Keinginan mereka menempatkan mantan ketua MPR itu sebagai CAWAPRES, begitu menggelikan. Mereka tak paham, bahwa rakyat lewat pemilu sudah menunjukkan keinginan politiknya: bukan pada PKS (yang lewat atraksi politiknya seolah-olah akan menjadi partai terbesar). Tidak sampai 10% yang memilih PKS. Tapi, dalam setiap pernyataannya seolah-olah mengatas namakan rakyat. Golkar pun sama saja, masuknya mereka ke dalam koalisi, menunjukkan sikap oportunis nya.

Kembali ke pidato presiden kemarin, sedikit banyak berhasil (setidaknya bagi saya) untuk memperbaiki citra SBY. Bersikukuh bahwa kebijakan bailout adalah benar, menunjukkan konsistensi. Dan memang, saya heran mengapa kebijakan bisa diadili sebegitu rupa. Kalau gara-gara bail out lantas Boediono harus turun, maka mengapa tidak sikap kekanak-kanakan anggota DPR harusnya menjadi alasan yang cukup untuk menyimpulkan bahwa banyak dari mereka yang tidak layak duduk di kursi terhormat itu.

Saya bukan orang demokrat; bukan pula pendukung SBY. Tapi bagi saya, SBY adalah presiden sampai 5 tahun ke depan. Kalau dia korupsi, atau selingkuh, atau terlibat penjualan pulau, barulah kita beramai-ramai menurunkan dia dari kursi kepresidenan. Tapi, saya pikir absurd sekali meneriakkan penurunan dirinya dan wakilnya, gara-gara ekonomi yang tidak kunjung membaik, atau masalah apapun yang berhubungan dengan prestasi. Bagi saya, sekalipun akhirnya terbukti, SBY bukan presiden yang berhasil, dan tidak banyak kemajuan dalam pemerintahannya, tetap saja dia presiden. Boleh saja ada yang berdemo siang dan malam (kalau malam diijinkan) di Istana, dan teriak-teriak protes di seluruh media, itu hanya untuk memperingatkan dia agar bekerja lebih baik. BUKAN MENURUNKAN SEORANG PRESIDEN!!!

SBY sudah terpilih, ya sudahlah!! artinya, pintar atau tidak, berhasil atau tidak, dia presiden kita sampai 2014. Kalo kurang, ya di kritik, bahkan kalo bisa (pasti ga bisa) dibantu; bukan disuruh turun. Faktanya, rakyat yang memilih 2 kali lebih banyak dibandung konstituen masing-masing partai yang sok ribut itu.

Indonesia belum maju, masih banyak yang kurang, pemerintah harus sadar itu!! Maka doakan dan dukunglah mereka untuk bekerja smpai 2014. Kalau tidak berhasil, jangan pilih lagi..
Memang, kasihan bangsa ini kalau sampai 2014 kita tidak bergerak maju.. Tapi, segitunya kah?
Fakta mengatakan, lebih banyak kerugian negara gara-gara Pansus Century dibanding bail out itu sendiri. Walaupun, saya setuju: kebenaran harus ditegakkan walaupun garganya mahal.
Tapi janganlah di mahal-mahal in.. Sehingga masalah dibuat ribet.

Emang mereka pikir, berapa biaya menurunkan dan menaikkan lagi seorang presiden?

Kembali lagi: Dari awal saya tahu bahwa Ibu Mulyani dan pak Boediono masihlah salah satu ekonom terbaik bangsa ini. Fakta bahwa Indonesia selamat dari krisis, adalah pula prestasi mereka. Penghargaan presiden tadi malam, sudah layak dan sepantasnya (terpisah dari kesalahan-kesalahan di Century).

Dari awal saya suka pak JK tetap sebagai WaPres, dan Boediono di BI atau di kementrian. Tapi kalau sudah begini, mau apa lagi?

Terakhir, Boediono dan Mulyani masih putra terbaik bangsa ini; atau setidak-tidaknya lebih baik dari Akbar nya Hanura, Fachri nya PKS, atau Bambang nya Golkar. Mungkin Lebih baik juga dibanding Ara atau Sudjatmiko nya PDI-P.. Menurut kacamata saya, yang harganya cuma 250 rb.

Tidak ada komentar: