Kamis, 08 April 2010

Proses Pembelajaran



“Intellectual growth should commence at birth and cease only at death”
Sapa lagi yang ngomong gitu kecuali Oppung Albert Einstein Siahaan..

Aku orang yang memegang Roma 12: 2 (.. tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu..) sebagai jalan utama hidupku sebagai manusia Allah. Bagiku, pertumbuhan intelektual sejalan dengan pertumbuhan iman; sangat mustahil bagi seseorang yang tidak berkembang secara pengetahuan/pengenalan akan Tuhan untuk semakin menikmati pertumbuhan rohani. Okey, pengetahuan disini bolehlah empiris (berdasar pengalaman), tetapi tetap aja perubahan menuntut adanya proses pembelajaran.

Untuk belajar ini, guru formal bukanlah sarana satu-satunya; ada juga buku, internet, cerita, pengalaman diri sendiri, dan kotbah (Minggu atau Sabtu atau Senin). Tapi bagi ku, belajar paling efektif adalah dengan menjadikan semua orang di sekitar ku menjadi guru. Mereka layak bisa menjadi guru, bahkan bagi ku, mereka layak, sangat layak menjadi guru. Aku berani mengklaim, proses pembelajaranku lebih dari 50% dihasilkan dari mendalami dan menghargai hidup para 'guru' ku. Belajar dari keberhasilan dan kegagalan mereka; belajar dari gaya hidupnya; mengamati cara berbicara dan mendengar mereka; melihat respon mereka terhadap 'nasib' diri; dan tertegun akan sikap mereka memaknai hidup.

Rupa-rupanya itulah gaya ku belajar. Menjadikan siapa saja menjadi guru; dan menjadi guru bagi siapa saja. Semua menarik dalam pengamatanku; walaupun itu sekadar gaya pengamen ketika menerima 'sedekah'. Pengamen yang berdoa bagi ku setiap kali aku memberi 'hanya' koin lima ratus rupiah, menyadarkan ku, betapa berharganya jumlah itu bagi mereka. Lima ratus rupiah yang mereka terima, dibalas dengan doa bagi mereka yang memberi, dengan ucapan "Tuhan membuat selamat perjalanmu". Wah, bagi saya yang sadar betapa berharganya doa yang terucap untuk orang lain (apalagi untuk orang yang tidak dikenal), sadar bahwa pemberian ibu-ibu tua itu sebenarnya lebih banyak dibanding pemberianku. seharusnya aku perlu berterima kasih lebih banyak.

Aku selalu sadar, bahwa tiap orang diciptakan untuk menjadi kepingan puzzel bagi orang lain. Bahwa pembelajaran hidup dan proses menuju kedewasaan orang itu tidak akan sempurna tanpa kita. Belajar sesuatu dari siapa saja ibarat menyelesaikan keping demi keping puzzel, sampai kepada suatu gambar yang utuh. Satu keping puzzel saja, akan mengurangi keutuhan gambar besarnya. Di sisi yang lain, menyediakan diri kita menjadi guru bagi orang lain, sebenarnya harus dimaknai sebagai tawaran bantuan sekeping (atau bahkan beberapa keping sekaligus) puzzel bagi gambaran yang utuh akan dirinya.

Memaknai hidup sebagai proses pembelajaran membawa kita pada kebenaran lain, bahwa dunia ini hanya sekolah. Belajar dan ujian adalah bagian utama hidup, sampai kita dinyatakan lulus, dan diberi pekerjaan besar di SANA..

Sampai memutih rambutmu, kamu adalah murid bagi siapa saja; sampai saat kematiaanmu, kamu adalah guru bagi siapa saja. Selalu saja ada yang dipelajari dari siapapun; selalu saja ada yang kamu punya untuk diajarkan pada siapapun. Dan semoga, apa yang kita pelajari dan ajarkan; semuanya adalah yang baik dan bernilai kekekalan. Karena hanya yang kekal yang berlaku di KEKEKALAN..

Selamat menjadi murid; selamat menjadi guru: asal jangan menggurui.. =) !

To God Be The Glory!

Tidak ada komentar: